4dhoki
Cerita Dewasa

Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan

Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan
Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan

Tahun baru adalah suatu hal yang senantiasa dirayakan oleh hampir semua kantor, menimbulkan karyawan, relasi, client maupun vendor, semua berbaur jadi satu dalam situasi yang penuh ceria. Agak tidak serupa bersama dengan tahun sebelumnya, kali ini lebih pribadi dikarenakan suamiku ditunjuk sebagai ketua panitia, meski seluruhnya sudah dilaksanakan oleh panitia lainnya tapi sebagai orang yang paling bertanggung jawab pastinya tidak mampu tinggal diam, untuk itu kita putuskan check in di hotel area acara, agar lebih gampang koordinasi. Sepanjang siang, sejak check in aku lebih kerap sendirian di kamar ditinggal suamiku yang sIbuk bersama dengan persiapan- persiapan pesta.

Menjelang petang suamiku baru lagi ke kamar, keluar wajahnya perlihatkan kelelahan meskipun dia tidak kerja secara langsung, hanya mengawasi persiapan. Kuhibur dia bersama dengan memijat bahu dan kakinya, bersama dengan sedikit sentuhan erotis kurasakan ketegangannya mencair bergeser bersama dengan ketegangan yang lain. “Jangan Sayang, kita nggak ada waktu, sebentar lagi acara dimulai”, suamiku menampik halus. Agak kecewa juga aku terima penolakan suamiku, padahal dia telah nyaris telanjang dan siap untuk melanjutkan permainan. Kupandangi punggunggnya hingga menghilang di kamar mandi, terpaksa kutelan saja kekecewaan ini. “Ntar aja, dia masih penat kali”, pikirku menghibur diri.

Kami mandi bersama, di bawah guyuran air shower yang hangat aku masih berupaya memancing birahinya, tapi tak berhasil, sepertinya dia amat khawatir bersama dengan persiapan yang ada, meski ini bukan pertama kalinya dia sebagai ketua panitia acara kantor seperti ini tapi entahlah kenapa kali ini begitu tegang. Jarum jam masih perlihatkan pukul 19:00, masih ada pas untuk laksanakan bersama dengan cepat sebenarnya, karena acara baru dapat di mulai pukul 20:00, artinya paling tidak masih ada pas satu jam, akhirnya kuputuskan untuk “memaksa” suamiku melakukannya. Kukenakan gaun malam merah panjang yang anggun nan sexy, belahan kaki hingga paha, punggung yang lumayan terbuka agar tidak terlalu mungkin memakai bra, dada berpotongan rendah bersama dengan seutas tali yang menggantung di pundakku menghindar gaunku selamanya menempel di tubuhku, selendang merah hati menutupi punggung dan lebih dari satu tubuhku, tapi tak menghalau kesan sexy dan anggunnnya penampilanku.

Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan
Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan

“Pa, masih ada pas sebentar kan”, tanyaku bersama dengan langsung berjongkok di depannya dan mengakses resliting celananya. Sebelum dia sempat bersuara langsung kukeluarkan penis kebanggaannya dan kumasukkan ke mulutku, tak kuhiraukan make up diwajahku berantakan karena kuluman dan usapan penis itu ke wajahku. Desahan pelan menjadi keluar dari mulut suamiku, artinya dia telah menjadi “naik”, tangannya menggapai kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku, rambutku yang telah bersisir rapi lagi berantakan. Tak lama aku laksanakan oral seks dia lalu mendudukkanku di meja, lalu berjongkok di selangkanganku, disingkapnya gaunku bersama dengan mudahnya, tanpa membiarkan celana di dalam merahku, dia menjilati memekku dari sela sela mini panty yang sesungguhnya benar benar mini karena hanya berupa segitiga yang menutupi area depan kemaluanku.

Lidahnya lincah menari nari di klitoris dan selangkanganku, memekku dilumat habis membuatku cepat melayang tinggi. Aku mendesis nikmat merasakan jilatan suamiku yang penuh gairah, dia berdiri dan menyapukan kepala penisnya ke bibir memekku, tak langsung memasukkan tapi mengusap oleskan ke area selangkangan dan memekku yang telah basah siap terima penetrasi darinya. Sebelum penisnya memasuki liang memekku, kita dikagetkan dering HP dari suamiku, kutahan dia ketika dapat terima panggilan itu. “Jangan sayang, barangkali anak-anak memerlukanku“, bisik suamiku meminta pengertianku. “Malam Pak Sis…, oh telah beres Pak… nggak masalah…udah kok, malahan kita jadi lebih dari satu meja dan… oh telah itu…, oke aku langsung turun…, Malam Pak”, ternyata dari Pak Siswanto, atasan langsung suamiku. “Sorry Ma, Pak Sis telah ada di bawah, dia mau menyaksikan persiapan paling akhir karena dia ada acara di area lain, menjadi kesana dulu baru lantas agak telat dia lagi ke sini, dia mengidamkan make sure everything is OK”, jelasnya sambil merapikan lagi celana dan jas hitamnya.

Dikecupnya pipiku lalu meninggalkanku lagi sendirian di kamar. “Aku jemput sebentar lagi, be ready immediately”, perintahnya sebelum menghilang di balik pintu kamar. Aku masih duduk termangu di atas meja, kakiku masih mengangkang terbuka seperti pas suamiku mencumbuku tadi, bersama dengan sedikit dongkol dan mesti menelan kekecewaan dapat birahi yang tak tertuntaskan akhirnya aku mesti hadapi kenyataan ini. Dengan masih memendam rasa kecewa aku lagi me-make up wajahku, seperti biasa aku tak mesti berlama lama memoles wajahku yang putih, hanya sapuan tidak tebal telah meningkatkan kecantikan dan keanggunanku, kurapikan rambutku yang tadi sempat acak acak-an dan tak lebih dari 1/2 jam aku telah siap untuk ke pesta, kulihat diriku di cermin, aku mengagumi kecantikan dan penampilanku malam ini, thank god you give me great body, bersama dengan tinggiku yang 167 cm disempurnakan sepatu pesta berhak 7 cm, bak peragawati, pasti dapat menarik perhatian banyak undangan. Suamiku mampir tak lama kemudian, bersama dengan menggandeng tangannya, kita memasuki ballroom area pesta berlangsung, lebih dari satu pasang mata mengalihkan perhatian ke arah kami, deretan meja dan kursi yang melingkar membentuk lapisan ruangan menjadi nyaman, dekorasi yang meriah meningkatkan indahnya situasi di ballroom itu.

Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan
Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan

Belum banyak tamu yang mampir kecuali para panitia dan lebih dari satu orang dari pihak hotel yang laksanakan setting atas segala sesuatunya, di atas panggung pemain band yang sedang laksanakan persiapan terakhir, di depan panggung ada ruangan terbuka yang lumayan luas untuk dance, sepertinya acara ini dipersiapkan secara megah, bersama dengan dekorasi yang meriah untuk menyambut tahun baru. Malam merangkak tambah larut, satu persatu para tamu berdatangan, bersama dengan lebih dari satu pasangan panitia lainnya aku mendampingi suamiku menyambut kedatangan mereka, ngobrol sejenak lalu beralih ke tamu lainnya seperti seperti tuan rumah di dalam suatu perjamuan besar.

Kudampingi suamiku menambahkan sambutan di atas panggung, lalu disusul sambutan lainnya yang aku tak sadar satu persatu, masing masing menambahkan kesan kesan selama bekerja bersama dengan perusahaan ini, ada yang nyata-nyata ada yang enjoy dan ada pula yang penuh humor, seluruh menyampaikan sambutan bersama dengan gayanya masing masing. Kutinggalkan suamiku yang masih asyik mengobrol dari satu grup ke grup lainnya, penat juga berdiri terus, bahkan bersama dengan sepatu hak tinggi seperti ini, kucari kursi yang masih kosong di area agak belakang sambil nikmati slow musik yang mengalun secara dari panggung.

“Malam Bu, kok sendirian, Bapak mana?”, aku dikagetkan sapaan sopan dari Pak Rudi, asisten suamiku di kantor, dia baru 5 bulan berhimpun bersama dengan perusahaan ini, menjadi belum banyak yang dia kenal, dia membawa dua minuman dan diberikannya sebuah padaku. “Eh Pak Rudi, terimakasih, tuh Bapak lagi ngobrol di dekat jendela sana”, jawabku menunjuk sekelompok orang yang ngobrol sambil tertawa riang. Kami lalu mengobrol, tak kusangka ternyata di umur yang telah 35 tahun dia masih membujang, belum ketemu yang cocok, katanya.

“Wanita ideal aku adalah yang cantik itu pasti, lalu tinggi, putih, sexy dan anggun, ya kira kira seperti Ibu inilah”, katanya tanpa ada suara nakal di balik pernyataannya, entah memuji atau merayu atau sesungguhnya berkata jujur, bagaimanapun telah membuatku bangga. Diiringi dentuman musik indah, lebih dari satu pasangan menjadi dance, dia mengajakku dance, sesaat aku agak curiga menerimanya tapi ketika kulihat sepintas suamiku telah melantai bersama dengan seorang wanita entah siapa aku tak sadar jelas, rasanya tak sopan kecuali aku menolaknya. Slow musik mengalun indah, lagu bergeser lagu telah berlalu, aku telah bergeser pasangan bersama dengan orang lain yang lebih dari satu tak kukenal, telah menjadi normalitas tiap akhir tahun di dalam pesta seperti ini, lima lagu berlalu, aku lagi ke meja Pak Rudi, tiba tiba kurasakan ruangan seolah berputar, kepalaku pusing, pandanganku menjadi kabur, secara refleks kuraih tangan Pak Rudi sebagai pegangan.

“Eh kenapa tiba tiba kepalaku pusing begini?”, tanyaku. “Mungkin kecapekan Bu, habis Ibu dance impuls banget”. “Tolong panggilkan Bapak, biar aku istirahat dulu di kamar”, pintaku. Sepintas aku masih mampu menyaksikan suamiku sedang berbincang di meja depan di grup para direksi. Pak Rudi meninggalkanku sendirian, mataku menjadi berat, mengidamkan rasanya kurebahkan tubuhku segera, untunglah dia langsung datang, kukira suamiku tapi ternyata Pak Rudi. “Maaf Bu, Bapak sedang nyata-nyata bersama dengan para direksi itu, dia nggak mampu meninggalkannya, jadi memintaku untuk mengantar Ibu ke kamar, sebentar lagi beliau menyusul”, katanya sambil menuntunku ke kamar. Antara ingat dan tidak, aku masih mampu merasakan dia merangkul dan menuntunku, sepertinya tanpa sadar aku berlangsung menuju kamar, kudekap erat tangannya.

Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan
Malam Tahun Baru Yang Tak Terlupakan

 

Aku telah tak mampu menghindar mata dan kepalaku lebih lama lagi, kusandarkan kepalaku di tubuh Pak Rudi, asisten suamiku, jalan menjadi panjang dan elevate berlangsung begitu perlahan. Kuberikan kunci kamar ke Pak Rudi, dia mengakses pintu dan menuntunku ke ranjang, aku masih ingat ketika dia letakkan tas dan selendangku di meja, mengakses cover bed yang masih tertutup lalu merebahkan tubuhku perlahan lahan di ranjang, dilepasnya sepatuku lalu memijat kepala dan kakiku, kurasakan nikmat pijatannya, aku begitu lemah dan begitu tak berdaya. “Ibu minum ini dulu, lalu istirahat, kebetulan aku tadi bawa Panadol dari rumah”, katanya sambil mengangsurkan pil dan segelas air putih. Tanpa banyak tanya lagi aku minum, lalu kupejamkan mataku yang tambah berat.

Tak kuperhatikan lagi Pak Rudi yang masih di kamar menungguiku, pasti dia mampu nikmati pemandangan tubuhku bersama dengan sepuasnya, akupun terlelap di dalam kantuk yang hebat. Belum seluruhnya aku tertidur ketika kurasakan tubuhku seperti digerayangi, naluri wanitaku bangkit, bersama dengan berat kubuka mataku, samar samar kulihat wajah Pak Rudi dekat wajahku, berulang kali dia menciumi pipiku, lalu melumat bibirku, entah telah berapa lama dan berapa jauh dia menggerayangiku.

Terbersit kesadaran di diriku, aku meronta berontak marah menyaksikan kekurangajaran ini, tapi aku tidak punyai tenaga untuk melawannya tanpa energi aku mesti terima cumbuannya, di dalam situasi normal saja telah kalah tenaga bahkan kondisiku di dalam situasi tidak cukup fit. Semakin aku meronta tambah kuat pula dia memegangi tanganku. “Pak jangan.., please hentikan, ingat Pak aku ini istri Pak Hendra, atasanmu”, aku menghiba tak berdaya di bawah kekuasaannya. “Sssttt.., diam.., aku sadar itu.., aku juga sadar apa yang anda laksanakan kecuali suamimu keluar kota.., menjadi jangan sok suci.., nikmati saja”, katanya perlahan bersama dengan tekanan kata demi kata yang seolah menelanjangiku. Aku sesungguhnya bukanlah istri yang setia, aku sering selingkuh di pas suamiku tak ada, tapi itu kulakukan bersama dengan dasar suka mirip suka dan bukan dengann pemaksaan seperti ini, ini pemerkosaan namanya. “Please Pak Rudi, suamiku sebentar lagi mampir mencariku”, meski masih lemah aku berupaya membujuknya.

“Jangan khawatir, dia pikir anda masih ada di ruangan pesta dan lagian dia tidak sadar anda ada dimana karena sesungguhnya ini bukan kamarmu, tapi kamarku, menjadi nggak usah berpikir yang macam macam”, ada suara ancaman di suaranya. Bibir Pak Rudi menyusuri leher jenjangku, dijilatinya telingaku, aku menjadi jijik tapi apa dayaku karena sesungguhnya tidak berdaya. Mataku masih begitu berat dan tenagaku begitu lemah, aku benci dapat ketidakberdayaan ini. Aku hanya diam mematung saja terima penghinaan ini, mataku masih menjadi berat untuk dibuka, tapi anehnya kurasakan tubuhku menjadi panas menggelora, kubiarkan tangannya menjelajahi sekujur tubuhku dan meremas remas buah dadaku yang masih tertutup gaun merah sutera tanpa bra, aku hanya mampu menggigit bibir bersama dengan mata tertutup terima perlakuannya. “Masih kenyal dan padat seperti anak gadis saja”, komentarnya ketika merasakan buah dadaku. Bibir Pak Rudi menyusuri bahu dan berhenti di dadaku, bersama dengan mudahnya dia membiarkan tali di belakang leherku, kini dadaku terbuka lebar menantang. “Very beautiful breast”, katanya. Ia memandanginya sebentar, menciumi lalu mengulumnya, lidahnya bersama dengan liar menari-nari di putingku. Rasa jijik yang sedari tadi menyelimutiku perlahan beralih menjadi kenikmatan, tubuhku menjadi tambah panas menggelora, kuluman dan jilatan di putingku membuatku menjadi turut bergairah, mataku masih menjadi berat untuk dibuka tapi gairah yang timbul tak mampu kubendung lagi, agar tanpa kusadari aku menjadi mendesis nikmat di dalam pelukan dan kuluman asisten suamiku. Kombinasi remasan, jilatan dan kulumannya membuatku tambah suka tanpa kusadari.

Entah kenapa, tambah liar dia menggerayangiku tambah nikmat pula rasanya, rasa marahku pun menjadi beralih menjadi kenikmatan tersendiri, bahkan ketika tangannya menjadi mengusap area memekku, tanpa mampu kutahan lagi aku turut menggoyangkan pinggulku, nikmati usapan dan permainan jarinya di selangkanganku. Aku masih memejamkan mata meski mulutku menjadi mendesis dan pinggulku menjadi bergoyang, sungguh di luar kemauanku, bahkan ketika Pak Rudi lagi melumat bibirku akupun membalas lumatannya, saling mengulum. Sungguh memalukan ketika tanganku menjadi membelai dan meremas rambutnya, bahkan aku menjerit nikmat pas lidah Pak Rudi menyentuh klitorisku dan kuangkat pantatku ketika dia membiarkan mini panty-ku, aku percaya dia nikmati “keindahan” memekku yang selamanya kupelihara rambutnya bersama dengan rapi membentuk sebaris garis tegak. Aku tak sadar kenapa begitu “horny”, apakah karena foreplay tadi sore yang tidak konsisten ataukah ada karena lain, tapi aku tak sempat berpikir lebih jauh lagi karena jilatan Pak Rudi begitu nikmat di memekku.

Kuangkat pinggulku dan kubuka kakiku lebih lebar, permainan lidahnya tambah liar dan tambah nikmat bahkan ketika kurasakan jarinya turut mengocok memekku hingga membuatku tambah membumbung tinggi. Jantungku berdetak tambah kencang pas kurasakan penis Pak Rudi menyapu bibir memekku, semestinya aku menjerit marah tapi tanpa mampu kutahan lagi justru kubuka kakiku lebar-lebar, entah mengapa, malahan aku mengidamkan mengakses mataku menyaksikan ekspresi kemenangan darinya yang telah sukses nikmati tubuhku, tapi selamanya saja menjadi berat, kelopak mataku seakan lengket, aku menghindar napas pas penisnya menembus liang sempit memekku, kurasakan nikmat yang berbeda. Dia menjadi mengocok memekku, pelan pelan penisnya keluar masuk, kugigit bibirku untuk menghindar desah kenikmatanku, tapi selamanya tidak berhasil, aku mendesah tambah keras, mereguk kenikmatan yang diberikan Pak Rudi. Tubuhnya ditelungkupkan di atasku, tanpa mampu kucegah lagi tanganku memeluknya, dan baru kusadari kecuali ternyata dia masih berpakaian, ketika tanganku meraba pantatnya yang turun naik mengocokku, ternyata dia tidak membiarkan celananya, sungguh tidak cukup ajar dia, pikirku. Kocokannya tambah cepat menghunjam memekku, di sedang asyiknya mengarungi lautan kenikmatan, tiba tiba kurasakan denyutan hebat dari penisnya dan cairan hangat membasahi liang memekku, dia menjerit nikmat di dalam orgasme hingga secara refleks aku turut menjerit karena terkejut.

Agak kecewa juga mendapati dia begitu cepat menggapai orgasme, padahal aku menginginkannya lebih lama lagi, bersama dengan kasar dia langsung mencabut penisnya dari memekku, sesaat lantas kudengar bunyi resliting ditutup, dia turun dari ranjang dan tak lama lantas kudengar dia keluar kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku menjadi terhina bersama dengan perlakuannya itu, tapi apa mau dikata, tubuhku masih lemas meskipun gairahku masih menggelora. Aku meminta suamiku mampir mengisi kekosonganku ini, tapi mana mungkin, dia tidak sadar aku dimana, kupaksakan kubuka mataku, tapi pandanganku masih samar dan kabur. Dengan masih tergolek tak berdaya, akhirnya kuputuskan untuk istirahat dulu sambil bersama dengan tak sadar tanganku memainkan klitorisku hingga aku tertidur tanpa ada penyelesaian. Belum sempat aku tertidur pulas, kurasakan sesuatu lagi menindih tubuhku, kupaksakan untuk mengakses mata, meski samar aku masih mampu mengenali wajah itu, yang sadar bukan Pak Rudi bahkan suamiku, meski tubuhku masih tidak bertenaga tapi ingatanku masih mampu bekerja meski tidak sebaik biasanya.

Wajah itu tak asing lagi bagiku, dia adalah salah seorang kawan suamiku di kantor, aku tak sadar namanya tapi dia salah seorang manager di bagian keuangan. Tentu saja aku mengidamkan berontak tapi tenagaku hilang mirip sekali, bahkan di dalam tindihan tubuh yang besar, sungguh aku tak ada berdaya, bahkan berucap pun lidah menjadi berat, hanya bibirku yang bergerak tanpa suara, kecuali hanya desisan. Dengan liarnya dia menciumi pipi dan leherku, sesekali dilumatnya bibirku, anehnya bukannya perasaan muak tapi justru perasaan nikmat yang kurasakan, tambah dia meraba tubuhku tambah nikmat rasanya, aku seperti cacing kepanasan, tak ayal lagi akupun menjadi mendesis tanpa mampu kukontrol lagi desisanku, bahkan kubalas lumatan di bibirku, aku tak sadar apa yang berlangsung bersama dengan diriku, sungguh memalukan.

Nikmatnya tambah tinggi rasanya ketika dia mengulum putingku, menjilatinya bersama dengan liar, tanpa malu akupun mendesis di dalam birahi, kuremas rambutnya. Dia berupaya membiarkan gaunku yang telah tidak karuan menempel di tubuhku, bukannya marah tapi aku jadi mempermudahnya. Kini tubuhku telah telanjang di hadapannya, hilang telah keanggunan yang kupertontonkan di ruangan pesta tadi, aku tergolek tak berdaya di hadapannya, bahkan kakiku kubuka lebar sambil meminta dia langsung melakukannya. Kurasakan usapan kepala penisnya di memekku, bersama dengan sekali impuls keras meluncurlah penis yang terbungkus kondom itu mengisi liang memekku, aku terhenyak kaget dapat kekasarannya, tubuhku menggeliat nikmat, cairan sperma Pak Rudi yang masih tertinggal di memekku memudahkan penisnya sliding bersama dengan cepatnya, kasar dan liar kocokannya sambil tangannya meremas-remas kedua buah dadaku, pinggulku turut bergoyang mengimbangi irama permainannya, desahan nikmat keluar dari mulutku tanpa mampu kutahan lagi. Mataku selamanya terpejam selama dia menyetubuhiku, rasanya masih begitu berat untuk dibuka.

Aku hanya mampu mendesah di dalam kenikmatan, dia mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan ke pundaknya, penisnya tambah di dalam mengisi liang memekku, desahanku tambah lepas tanpa mampu kutahan. Cengkeraman di buah dadaku tambah kuat dan tak lama lantas kurasakan denyutan kuat dari spermanya diiringi teriakan orgasme, aku pasrah menikmatinya, padahal tanpa sadar aku masih mengidamkan lebih dari itu. Tanpa sepatah katapun dia langsung mencabut keluar penisnya dan turun dari ranjang, lagi aku mesti terima perlakuan yang lumayan menghinakan ini. Tapi semenit lantas kurasakan dia naik ranjang lagi, diusapnya buah dadaku sambil meremas-remas gemas lalu dijilatinya kedua putingku sebelum akhirnya dia mengulumnya, aku lagi mendesis nikmat. Tanpa tunggu lebih lama lagi, dia memasukkan penisnya tanpa kondom ke memekku, aku kaget karena penisnya begitu keras padahal dia baru saja orgasme, sungguh luar biasa, pikirku. Pelan pelan dia menjadi mengocok, menjadi nikmat, sepertinya penisnya lebih besar daripada sebelumnya, kali ini lebih nikmat bahkan bersama dengan kocokan yang penuh perasaan, tidak kasar seperti tadi. Aku tambah nikmati irama permainannya yang slow but sure, membawa birahiku bersama dengan cepat terbang tinggi, desahan demi desahan keluar dari bibirku, kubalas kuluman bibirnya, menjadi lembut dan menggairahkan. Dia memegangi kakiku dan membukanya lebar, dikulumnya jari jari kakiku, aku menggeliat geli dan nikmat, mendesah tanpa kendali, sungguh nikmat, kocokannya tambah cepat meski bersama dengan irama tetap.

Tiba tiba dia mengocokku cepat sekali lalu bersama dengan cepatnya menarik keluar, kurasakan cairan hangat menyirami perutku diiringi teriakannya, dia lagi mengeluarkan sperma di atasku. Seperti sebelumnya, bersama dengan tanpa suara dia turun dari ranjang, dan lagi aku dibikin heran ketika dia lagi naik ke ranjang tak lama kemudian, what the hell is this? Ia mengusap seluruh tubuhku bersama dengan selimut atau handuk, aku tak tahu, lalu langsung menindihku, melumat bibirku bersama dengan rakus, sepertinya tubuhnya lebih berat daripada sebelumnya hingga sesak napas aku dibuatnya. Dengan masih belum juga membiarkan pakaiannya, padahal aku telah bermandikan keringat. Lidahnya menyusuri leherku dan berhenti di kedua puncak bukit di dada, aku mendesis nikmat untuk kesekian kalinya, bersama dengan tanpa malu aku mendesah dan menggeliat mengungkapkan ekspresi kenikmatan yang kudapat. “Biarlah, toh dia telah nikmati tubuhku”, pikirku. Maka akupun tambah lepas merintih kenikmatan.

Penisnya langsung melesak ke di dalam memekku. Lebih kecil kali ini, hanya lebih dari satu kali kocokan dia telah menyemburkan spermanya di memekku, menjadi hangat membanjir, didiamkannya lebih dari satu pas tanpa gerakan hingga keluar bersama dengan sendirinya. Dia turun dari ranjang lalu naik lagi dan langsung memasukkan penisnya. Aku terkejut, begitu cepat penisnya membesar, kini menjadi sesak di memekku, suatu perbedaan yang amat cepat. Penasaran aku dibuatnya, kucoba untuk mengakses mataku tapi kelopak mataku masih amat berat seakan menutup rapat, penis besar itu sliding keluar masuk, ada rasa nyeri dan nikmat bercampur menjadi satu, kocokannya tambah lama tambah nikmat membawaku ke puncak kenikmatan. Tak mampu dihindari lagi akupun orgasme di dalam pelukannya, tubuhku menegang seakan menumpahkan segala hasrat nan membara sedari tadi, tak lama diapun mengikutiku ke puncak kenikmatan. Denyutannya begitu hebat melanda dinding-dinding memekku, dicabutnya keluar untuk menumpahkan tampungan spermanya di kondom ke dada dan perutku, aku hanya mampu diam pasrah tanpa protes mendapat perlakuan seperti ini, dia turun dari ranjang dan kali ini tidak naik lagi. Napasku turun naik memperoleh percumbuan yang baru terjadi, rasa kantuk hebat melandaku di kesendirian ini, entah apa yang dilakukannya di kamar ini, aku tak peduli, aku hanya mengidamkan tidur sejenak sebelum berhimpun lagi bersama dengan suamiku. Aku masih sempat melayani nafsunya lebih dari satu kali lagi sebelum akhirnya dia benar benar membiarkanku sendiri terlelap di dalam tidurku.

“Nggak usah khawatir, obatnya mampu bertahan hingga pagi kecuali tidak diberikan obat anti-nya”, sayup-sayup masih kudengar orang berkata entah terhadap siapa dan apa maksudnya, tapi aku keburu amat terlelap. Aku terbangun ketika kurasakan percikan air di mukaku, kubuka mataku yang telah tidak seberat tadi meski masih juga menjadi berat. Pak Rudi duduk di sampingku bersama dengan senyumannya yang menawan seakan tak dulu berlangsung apapun. Dia menutupi tubuh telanjangku bersama dengan handuk. “Minumlah ini biar segar”, dia memberiku secangkir teh hangat yang aromanya keras menusuk. Benar saja badanku menjadi lebih segar sesudah minum, rasa hangat menjalar ke sekujur tubuhku. “Sana membersihkan tubuhmu, lalu kita turun”, katanya sopan, meski tanpa sebutan Ibu lagi, sungguh berlainan dari sebelumnya. Kubersihkan tubuhku dari sisa-sisa sperma, kusiram bersama dengan air hangat hingga badanku menjadi segar lagi. Dengan hanya berbalut handuk aku keluar kamar mandi.

Tak kusangka ternyata Pak Rudi telah menungguku di ranjang di dalam situasi telanjang, aku berdiri bengong mematung melihatnya. “Tapi…”, aku berupaya mengelak karena memekku masih menjadi panas. Entah berapa kali aku tadi disetubuhinya. “Aku mengidamkan melakukannya bersama dengan situasi yang lain, lagian kita masih punyai pas 1/2 jam lebih sebelum sedang malam”, katanya sambil menepuk nepuk bantal di sebelahnya. Akhirnya “terpaksa” aku menuruti keinginan asisten suamiku itu untuk melampiaskan nafsu birahinya terhadap istri atasannya. Kami bercinta bersama dengan penuh nafsu seperti sepasang kekasih yang dimabuk birahi, tak kusangka dia seorang pemain cinta yang hebat. Kami bercinta bersama dengan beragam posisi, nyaris kewalahan aku melayaninya, nafsunya sungguh besar dan pintar mengatur ritme permainan, dia begitu sadar liku-liku area erotis wanita, aku amat menjadi suka dibuatnya. Kami orgasme bersamaan, dia membanjiri memekku pas ketika kembang api meletus di udara menandai pergantian tahun. “Happy New Year”, ucapnya sambil mengecup kening dan bibirku. Kami masih telanjang dan saling berpelukan, kubalas bersama dengan mesra kecupan di bibirnya. “Ayo, kita mesti langsung berhimpun bersama dengan mereka sebelum suamiku sadar dapat ketidak hadiranku”, kataku mendorongnya turun dari tubuhku. Segera kukenakan lagi gaun merahku, tak kutemukan mini panty yang tadi kukenakan, akhirnya kuputuskan untuk langsung berlalu tanpa panty ke pesta. Kurapikan pakaian, make up dan rambutku untuk bersiap turun. Tiba tiba Pak Rudi memelukku dari belakang.

“Let’s do it again quickly”, bisiknya. Aku mengidamkan menolaknya tapi aku juga mengidamkan menikmatinya sekali lagi. Dia mendudukkanku di meja, disingkapkannya gaunku hingga ke perut, memekku terbuka menantang, bersama dengan hanya mengakses resliting celananya dia melesakkan lagi penisnya ke memekku, mengocok bersama dengan cepatnya sambil meremas buah dadaku, aku mendesis seperti yang kulakukan sebelumnya, dan kamipun lagi orgasme bersama. Dia menciumku mesra. Kembali kurapikan penampilanku sebelum kita keluar kamar sendiri-sendiri, untuk menghindar hal yang tidak diinginkan. Entah telah berapa lama aku berada di kamar itu. Suasana ballroom telah amat berlainan dari pas kutinggal tadi. Susunan kursi telah beralih semua, hal itu biasa berlangsung pas pesta berlangsung. Kucari-cari suamiku tapi tidak kutemukan. Beberapa pasang mata melihatku bersama dengan pandangan yang menelanjangiku, tapi aku selamanya percaya diri bersama dengan penampilanku, meski tanpa underwear.

Akhirnya kutemukan suamiku di pojok ruangan, mengenakan topi kerucut tahun baru dan memegang terompet, dia keluar begitu bahagia. “Selamat Tahun Baru, Sayang”, ucapnya sambil mengecup bibirku yang kubalas bersama dengan kecupan mesra. Sepertinya dia masih tidak sadar kecuali aku sempat menghilang. Kulihat Pak Rudi menghampiri kita dan mengucapkan hal yang sama, seakan tak dulu berlangsung apa-pun di antara kami. Akhirnya the party is over, para panitia berbaris di depan pintu terima ucapan selamat dari para undangan, sekalian berpamitan pulang. Kulihat wajah-wajah yang kukenal, tapi lebih banyak tidak kukenal, di antaranya adalah orang yang tadi menyetubuhiku “berulang-ulang”. “You have wonderful wife”, katanya terhadap suamiku. “Thanks Pak Kris”, jawab suamiku sambil memelukku tanpa sadar apa maksudnya. “Selamat Tahun Baru Pak Hendra, Anda menguntungkan punyai istri seperti dia”, ucap orang lain lagi yang tidak kukenal. ”Sama sama, terima kasih Pak Dwi“, jawab suamiku bangga. “Happy New Year, istri anda sungguh luar biasa, thank telah memberiku kesempatan” orang asing lagi yang memujiku, padahal aku menjadi dulu bertemu dengannya. “Sama-sama, anda mampu saja”, balas suamiku. “Rupanya anda punyai banyak penggemar”, bisik suamiku sambil menyalami tamu lainnya yang berpamitan pulang. “Habis Papa ninggalin aku, menjadi kuterima saja ajakan dance setiap orang, Papa nggak marah kan”, jawabku berbohong sambil mencubit lengannya. “Nggak apa, asal anda menikmatinya”, jawab suamiku polos. Akhirnya kita lagi ke kamar pukul 1:30 dini hari, bersama dengan menyesal aku menampik keinginan suamiku untuk melanjutkan foreplay tadi sore karena memekku masih menjadi memar dan nyeri, dan kamipun tertidur bersama dengan kenangan membiarkan tahun pergantian tahun yang berbeda. Belakangan aku diberi sadar Pak Rudi kecuali yang menyetubuhiku “berulang-ulang” itu sesungguhnya bukanlah satu orang, tapi lebih dari satu orang, paling tidak 3 orang kawan seclub golf, yang lain dia tidak mengenalnya. Dia tidak mau menyatakan kuantitas pastinya, bahkan nama-nama orangnya. Ini membuatku penasaran hingga sekarang. Sungguh kelewatan kecuali aku tidak sadar orang yang telah nikmati tubuhku. Jangankan namanya, wajahnya saja aku tidak sadar kecuali Pak Rudi dan yang disebut suamiku Pak Kris tadi. Dia tidak dulu membetulkan atau membantah kecurigaanku bahwa obat yang dia sebut Panadol itu sesungguhnya adalah obat perangsang.

Mari gabung di ono4d Agen Togel Terpercaya Deposit Pulsa.
– Min DP 25 Ribu
– Bisa Deposit via Pulsa XL/Axis/Telkomsel/Tri
– Bonus Cashback 5% dibagikan setiap Hari Senin

Diskon Togel :
– 4D : 66%
– 3D : 59%
– 2D : 29%

BONUS DEPOSIT HARIAN 5%
BONUS CASHBACK 5%

Bonus Referral Togel hingga 1% dan Games 0,1% dihitung dari TurnOver.

Salam Hokky Selalu,
ono4d.net
WA : +855969374187
FB : ono4d
LINK ALTERNATIF : cutt,ly/4dhoki

 

Rina Anggrek

ono4d.com Agen Togel Terpercaya Deposit Pulsa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *