Ke biadaban Ayah Tiriku
Disaat saya masih SMA ayah saya meninggl dunia, saat itu ibu saya merasa terpukul sekali dan juga sangat sedih. Setiap harinya ia merenung, dimana kami sekeluarga untuk masalah ekonomi kami sedikit tergoncang sepeninggalan ayah saya. Namun ibu saya orangnya sangat kreatif, ia memutar otak. Ibu saya membuka usaha catering setelah beberapa tahun sibuk dengan usahanya ibu saya tidak mencari penganti ayah saya.
Tiga tahun berseleng setelah kepulangan ayah sama mengahap yang maha kuasa, tiba-tiba saja kami di kejutkan oleh perkataan dari ibu saya meminta restu untuk menikah lagi dengan pak Salim 42 tahun. Kami memang sudah mengenalnya dengan cukup baik, karena pak Salim sering datang ke rumah kami. Tapi kami berpikir kalau pak Salim itu hanyalah teman baik ibu saya saja.
Karena pak Salim bertamu ke rumah kami seperti halnya tamu-tamu yang lainnya juga, dan ibu kami pun bersikap biasa-biasa saja. Ibu kami tidak menunjukkan kalau ia sedang jatuh cinta dengan pak Salim, lalu kami semua merestui nya ibu kami menikah lagi dengan pak Salim.
Sebab kami merestui nya karena, ibu kamu masih tergolong masih sangat muda. Masih 36 tahun umurnya, masih sangat muda untuk menjalani hidup ini dengan sendirian. Itu sebab yang pertama, sebab yang ke dua karena. Kami pun sudah tahu kalau pak Salim berstatus duda yang cukup tampan dan tanpa anak. Pak Salim orang sudah cukup matang, bertanggung jawab dan penyayang. Saya dan adik saya sudah sangat dekat dengan pak Salim
Masuknya pak Salim ke dalam keluarga kecil kami, membuat warna baru di dalam keluarga kecil kami ini. Saya pribadi cukup senang adanya figur seorang ayah pengganti buat saya dan adik saya, sabagai anak perempuan satu-satunya di dalam keluarga ini, saya cukup haus kasih sayang dan juga perhatian dari seorang ayah.
Apalagi di usia saya yang sudah beranjak 21 tahun ini, saya ingin ada yang menuntun saya di dalam urusan bercinta dan hubungan dengan seorang pria. Saya sangat berharap bisa mengambil pengalaman dari ayah tiri saya ini.
Kedekatan saya dengan ayah tiri saya, membuat ibu saya merasa senang. Ia mereka bangga melihat kami merasa akrab suami barunya itu. Bahkan bisa di katakan saya sangat manja dengan ayah tiri saya itu, setiap pulang dari kampus saya pasti akan mencari ayah tiri saya untuk menceritakan semua yang terjadi di saat saya ke kampus. Ayah tiri saya cukup sabar mendengarkan semua cerita saya, kemudian dengan bijak nya menasihati saya jika ada hal-hal yang di anggapnya tidak pantas.
Terkadang atas izin dari ibu saya, saya mengajak ayah tiri saya jalan-jalan ke MALL. Setelah selasai makan di MALL kami singgah untuk duduk di toko buku, saya memiliki hobi yang jarang orang meliki. Saya hobi membaca buku psikologi dan filsafat, sama dengan hobi ayah tiri saya ini.
Tanpa saya sadari, saya sudah sangat dekat dengan ayah tiri saya ini. Saya sudah semakin Loss aja dan tak pernah malu lagi jika keluar kamar mandi hanya mengunakan handuk saja sabagai penutup bagian tubuh saya yang montok ini di hadapan ayah tiri saya
Terlebih lagi, jika saya ketiduran di ruang televisi ayah tiri saya lah yang memopong saya masuk kedalam kamar saya.
Lama-kelamaan saya semakin mengagumi sifat kedewasaan yang dimiliki oleh ayah tiri saya itu, dan ada rasa perasaan khusus tertentu yang tidak bisa saya artikan. Entahlah apakah itu adalah perasaan cinta? Mungkin itulah alasannya saya selalu menampik setiap pernyataan cinta yang dilontarkan oleh teman-teman pria saya.
Terus terang saya tak tertarik dengan teman-teman pria seumuran saya yang cenderung manja, dan juga kekanak-kanakan. Sebaliknya saya mengagumi pria-pria yang sudah dewasa dan matang, rasanya saya nyaman berada disisi ayah tiri saya untuk mendengar cerita ataupun nasehat-nasehatnya. Itu semuanya saya dapatkan penuh dari ayah tiri saya ini.
Rupanya gejala ini juga dirasakan dan ditangkap oleh ayah tiri saya, kalau sebelum pergi ke suatu tempat saya biasa mencium pipi Ibu dan Ayah tiri saya. Sekarang bila ibu tak ada, ayah tiri saya akan membalas mencium pipi saya. Semula saya merasa kaget dan ada sedikit perasaan malu, bukan kenapa-kenapa ini adalah ciuman pertama dari seorang seorang pria.
Bahkan pernah suatu waktu saya terperangah ketika ayah tiri tak hanya membalas mencium pipi saya saja, melainkan membalasnya dengan mencium bibir saya. Melihat wajah saya memerah, karena saya belum pernah pacaran dan ayah saya hanya tersenyum saja.
Kejadian seperti itu terus saja terulang, ketika ibu saya ada di dapur dan kebetulan saya berpamitan mau ke kampus. Dan saya pun sudah mulai terbiasa dengan cara berpamitan gaya baru dari ayah tiri saya itu.
Semakin lama kami berani melakukannya lebih lama lagi, kami pernah melakukannya selama beberapa menit dengan penuh nafsu. Kalau tak mengingat Ibu yang ada di dapur yang sewaktu-waktu bisa memergoki mungkin ayah tiri tak akan melepaskan saya dari ciumannya.
Beberapa hari kemudian, ketika Ibu saya harus menjenguk salah satu keponakannya yang dirawat di rumah sakit kota malang. Kebetulan sekali adik saya telah masuk masa liburan sekolah dan adik saya mengantar dan menemani ibu selama di kota Malang.
Alhasil hanya saya dan Ayah tiri saya yang ada di rumah, menyadari tak ada orang lain lagi sebenarnya hati saya berdegup cukup kencang dan menyadari saat-saat yang tidak terduga akan terjadi bersama ayah tiri saya yang saya kagumi.
Ketika saya pulang kuliah menjelang sore hari, ayah tiri saya udah menunggu saya di teras rumah dan terlihat kegembirannya yang terbias di matanya ketika menyambut kepulangan saya. “Pulangnya kenapa agak malam?” tanya ayah tiri saya dengan senyum yang cukup khasnya itu.
Saya menjawab dengan santai nya, tadi saya jalan dengan teman Yah. Senyumnya sedikit hilang ketika saya ceritakan saya berjalan-jalan dengan teman-teman cowok kampus saya. Saya tertawa dalam hati melihat sikap ayah tiri saya yang terlihat sedikit menyimpan rasa cemburu itu.
Sehabis mandi seperti biasanya saya tetap hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuh saja dan saja berjalan di hadapan ayah tiri saya menuju kamar saya.
“Melisa, apakah cowok yang menemani kamu itu adalah pacar kamu?”, selidik ayah tiri saya.
“Sebentar ayah, Melisa mau pakai buju dulu dan nanti akan Melisa ceritakan semuanya kepada Ayah”. Jawab saya sambil tetap menuju ke arah kamar saya, sepintas saya melihat ayah tiri saya seperti berdiri dari sofa tempat duduknya.
Saya menutup pintu kamar dan mulai mengeringkan rambut saya dengan menggunakan kipas angin yang suda saya hidupkan.
Tiba-tiba saya mendengar suara derit pintu kamar saya terbuka dan saya melihat ayah tiri saya berjalan masuk menghampiri saya. Karena saya masih terbalut dengan handuk, saya loss saja menerima kehadiran ayah tiri saya meskipun sesungguhnya hati saya terasa berdebar begitu kencang.
“Aaaduuuhh…… ayah ni kenapa kok penasaran sekali sih, dibilang entar juga Melisa diceritakan. Ucap saya menggoda sembari tetap mengeringkan rambut saya yang masih sedikit basah itu.
“Melisa, kamu serius yah berpacaran dengan cowo yang tadi itu?”, masih dengan rasa penasaran ayah tiri terus menanyai saya.
“Eemmmmmm….., Kalo iya kenapa ya yah….. kalo nggak juga kenapa ya yah?” tanya saya terus memancing perasaan dari ayah tiri saya.
“Kamu itu bandel sekarang ya….., sudah main rahasia-rahasiaan sama ayah ya…..” katanya seraya tiba-tiba tangannya menggelitik pinggul saya.
Saya kegelian sambil meronta-ronta kecil untuk melepaskan dari gelitikan tanggannya itu, ayah saya tetap mengejar saya. Sembari tetap menggelitik seluruh tubuh saya, sampai akhirnya kami berdua jatuh ke ranjang dan ayah tetap saja menggelitik seluruh badan saya.
Sampai pada akhirnya kami berdua tertawa cekikikan dan akhirnya saya berteriak-teriak kecil meminta ampun supaya Ayah tiri menghentikan gelitikannya. Begitu ayah tiri saya menghentikan gelitikannya tubuh saya terasa lemas dan kami berdua ngos-ngosan akibat kehabisan nafas.
Ayah tiri saya tiduran disamping saya di atas ranjang sambil tetap memperhatikan wajah saya yang masih bersimbah peluh. Saya mencoba menarik napas cukup panjang sambil memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lelah yang saya rasakan.
Tiba-tiba saya merasakan ciuman lembut menempel di bibir saya, namun saya merasakan ciuman kali ini lebih terasa dan lebih rileks. Mungkin karena ibu saya tak ada di rumah, saya pun membiarkan bibir saya dilumat dengan lembut. Baru kali ini ciumannya membuat saya terasa terbang.
Tanpa disadari tangan ayah yang tadi mengelus lembut pinggul saya, telah melepas handuk penutup tubuh saya. Saya pun baru sadar kalau saya telah tak menggunakan handuk, sebelum saya sempat berpikir banyak. Ayah tiri saya udah memeluk saya kembali dengan cukup eratnya sembari mengelus-elus rambut saya yang panjang. Terus terang saya sangat terlena dengan sentuhan kasih sayang yang di berikan ayah tiri saya ini.
Ketika ia mengangkat wajah saya, saya menundukkan wajah saya yang sudah berubah merah. Saya bisa mendengar suara detak jantung ayah yang berdegup kencang, saat matanya menyapu dengan bersih seluruh lekuk-lekuk tubuh saya yang udah tak memakai apapun.
Ayah mengelus bibir saya dan tiba-tiba memagutnya kembali dengan penuh nafsu, saya hanya bisa pasrah dibawah kenikmatan yang baru saja saya rasakan ini. Bahkan saya mulai berani membalas ciuman ayah tiri saya, lalu menyeret saya kedalam pangkuannya di atas ranjang. Kami terus berciuman, hingga tangannya mulai bergerak mengelus ke daerah-daerah tubuh saya yang paling sensitif (Memek).
Saya menjerit kecil, ketika saya merasakan tangannya yang nakal menyentuh dan meremas-remas dengan lembut payudara saya. Sambil melumat bibir saya, ayah saya secara perlahan-perlahan berusaha melepaskan seluruh handuk yang ada di tubuh saya.
Saya menjerit kecil tertahan tatkala penis ayah tiri saya keluar dari celana dalamnya yang sangat panjang, baru kali ini saya melihat secara dekat penis seorang pria. Bentuknya sudah panjang juga sangat keras dan dibagian ujung kepala penis ayah membesar dan berkilat-kilat bagaikan jamur.
Belum sempat logika saya berjalan, ayah sudah kembali memeluk dan mencumbu saya kembali. Kini kami sama-sama bercumbu dengan panasnya tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami.
Mata saya terpejam rapat sambil berteriak tertahan saat ayah tiri saya mencumbui vagina saya, ada rasa nikmat luar biasa yang dapat saya rasakan. Hingga setiap beberapa saat badan saya menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan hentakan-hentakan kenikmatan, yang keluar dari seluruh sendi-sendi tubuh saya. Sampai pada akhirnya saya merasakan benda panjang dan hangat masuk kedalam vagina saya.
Saat itulah saya merelakan keperawanan saya dan kehormatan saya untuk ayah tiri saya, kami melakukan bersetubuh tanpa mempedulikan waktu. Terus berpacu dan berpacu melewati klimaks demi klimaks hingga hampir menjelang subuh, badan kami sama-sama merasa lemas karena merasakan klimaks yang berkali-kali hingga pada akhirnya kami rubuh dan tidur berpelukan dalam satu ranjang dengan perasaan puas.
Terus terang pengalaman pertama saya berhubungan seks membawa kesan yang luar biasa dalam hidup saya. Saya sama sekali tak merasakan kesakitan, karena ayah saya tahu persis bagaimana menjalankan permainan seks dengan seorang perawan.
Malam pertama kami, kami lewatkan dengan mengulang permainan seks hingga tiga kali. Ketika tak berdaya lagi, kami baru berhenti. Selama 7 hari ditinggal Ibu dan adik saya membuat saya dan Ayah tiri saya benar-benar menikmati petualangan bercinta kami.
Selama hampir setahun lebih kami menjalin hubungan secara diam-diam, Ibu sudah mulai curiga. Apa lagi, ibu sudah mengetahui kalau sampai berusia 22 tahun saya belum juga mau punya pacar. Padahal saya terbilang cantik dan supel, apalagi ketika saya sudah menamatkan D-1 bahasa inggris saya. Ibu saya terus mendesak saya untuk mulai mencari pasangan hidup.
Ketika diam-diam saya diskusikan hal ini pada Ayah saya, ia sangat mendukung saya menjalin hubungan dengan pria lain. Soalnya, Ayah tiri saya mulai mencium tanda-tanda kecurigaan di mata ibu saya ketika melihat hubungan saya dengan Ayah semakin lengket saja.
Maka ketika Feri, kakak kelas saya yang paling gencar mendekati saya. Saya berpikir apa salahnya saya mencoba membina hubungan dengannya, apa lagi wajahnya lumayan tampan. Postur tubuhnya juga cukup atletis, dan juga otaknya cukup pintar.
Singkat ceritanya saya sudah mulai serius menjalin hubungan dengannya. Sementara itu, kisah cinta saya dengan Ayah terus berlanjut. Kali ini kami lebih banyak melakukan persetubuhan kami di luar rumah. Kadang-kadang kami janjian ketemu di hotel ini atau itu, yang letaknya agak jauh dari kota tempat tinggal saya.
Tujuh bulan lebuh setelah berpacaran dengan Feri, keluarganya datang melamar saya. Saya menerima lamarannya dengan perasaan biasa-biasa saja, terus-terang perasaan cinta saya telah saya berikan seutuhnya kepada ayah tiri saya.
Saya menikah hanya untuk menutupi perselingkuhan saya dengan ayah tiri saya saja.
Untungnya, Feri orangnya tak mempersoalkan keperawanan saya ketika kami melewatkan malam pertama kami. Menghadapi permainan seks Feri yang tergolong pemula, saya merasa tak puas.
Kadang-kadang saya membayangkan sedang berhubungan badan dengan ayah tiri saya yang macho dan juga berpengalaman. Akhirnya, saya tetap sering menelepon ayah tiri saya untuk saling bertemu di luar rumah.
Umurnya yang hampir kepala lima telah mengetahui secara betul, segala bentuk permainan seks yang dapat memberikan kepuasan klimaks terhadap gadis-gadis muda seusia saya.
Bercinta dengan ayah tiri saya mendapatkan klimaks yang berulang-ulang, hal itu yang tak pernah saya dapatkan apabila saya berhubungan seks dengan suami saya sendiri. Saya tahu perbuatan saya adalah keliru, namun saya tak dapat menghapus sosok Ayah tiri saya dalam kehidupan saya.
Mari gabung di ono4d Agen Togel Terpercaya Deposit Pulsa.
– Min DP 25 Ribu
– Bisa Deposit via Pulsa XL/Axis/Telkomsel/Tri
– Bonus Cashback 5% dibagikan setiap Hari Senin
Diskon Togel :
– 4D : 66%
– 3D : 59%
– 2D : 29%
BONUS DEPOSIT HARIAN 5%
BONUS CASHBACK 5%
Bonus Referral Togel hingga 1% dan Games 0,1% dihitung dari TurnOver.
Salam Hokky Selalu,
ono4d.net
WA : +855969374187
FB : ono4d
LINK ALTERNATIF : cutt,ly/4dhoki