4dhoki
Cerita Dewasa

Gairah Memek Tembem Jablay

 

Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas. Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini. Tokoh yang pertama adalah Andy, seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu.

Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Andy telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu. Suatu ketika, ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya.Sesungguhnya, ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ, sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa, tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya.

Kalau pun kemudian, si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga, lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘jasa’ nya, dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya, itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya. Komitmen Andy untuk menjunjung tinggi ‘harkat ke-supir taksi-an’ saya, tak lebih. Pada kesempatan lain, ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi.

Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat, dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu. Semua terasa seperti tindakan ‘bawah sadar’ yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun, sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Andy.Agent Bola Terpercaya

Hari itu Andy kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, karena setiap petang tiba, ia menjemput Vanny (25 tahun), tokoh sentral berikutnya, yang adalah seorang wCindy panggilan ‘kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate, untuk kemudian membawanya ke suatu tempat, di mana saja, yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu. Vanny sudah menyewa taksi Andy selama enam bulan.

Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Andy menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wCindy itu, lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula. Vanny membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Andy menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya. Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Vanny. Ini bagian dari tugas, demikian ia mencari alasan pembenarannya. Andy selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya. Baginya, ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi

dirinya sendiri. Prinsip sederhana memang tapi logis. Sudah empat bulan lamanya Andy melakukan ‘tugas rutin’ itu. Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta. Terus terang sebagai seorang pria, Andy memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Vanny memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Vanny tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya, termasuk dirinya. Sebagai lelaki bujangan dan normal, Andy tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Vanny yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya. Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya.
Terlebih, ketika muncul rasa cemburu, saat Vanny terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya. Andy seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi. Maka ia mematuhi ‘rambu-rambu’ itu secara konsisten. Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Vanny, mana mungkin Cindy gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Vanny mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya, bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan? Andy cukup tahu diri mengenai hal ini. Percakapan mereka pun, baik ketika pergi maupun pulang, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, bahkan nyaris bersifat rutin.

Andy berusaha menjaga jarak dengan Vanny agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi. Namun belakangan ini sudah ada sedikit ‘peningkatan kualitas pembicaraan’. Tidak hanya sekedar, ‘Mau ke mana?’ atau ‘Jam berapa mau dijemput?’, dan sebagainya. Vanny mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini. Tentu Andy pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini. Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik.

Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat. Vanny mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir. Ia ternyata produk keluarga broken home. Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul. Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya pun tidak selesai. Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri.

“Saya harus terus hidup dan berjuang”, kata Vanny menetapkan hati.

Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model. Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion, lifestyle hingga majalah pria dewasa. Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal. Namun, tanpa disadarinya, perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista. Kehidupan malam dan hingar bingar pesta, sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana. Sejak itu Vanny pun dikenal sebagai model plus-plus, ia menjadi primadona di kalangan atas.

Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya. Belakangan, ia kemudian menjadi ‘simpanan’ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini, dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya. Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Vanny. Meskipun begitu, profesinya tak juga ditinggalkan, selain menjadi model ia menjadi wCindy panggilan kelas atas.

“Saya menyukai pekerjaan ini,” katanya suatu ketika, suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan.
Andy melirik melalui kaca spion, Cindy cantik itu duduk santai di belakang, menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok. Andy tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan. Vanny tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan. Hanya kepalanya yang terangguk2 pelan menikmati lagu santai Michael Bolton yang mengalun dari radio di mobil Andy.

“Omong-omong…Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga?” tanyanya tiba-tiba.

Kontan Andy gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi.

“Saya sih udah cerai Mbak” ia menjawab tersipu, “ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah, masih sendiri”

Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu. Vanny terkekeh. Ia menghirup rokoknya dalam-dalam. Rimbun asapnya mengepul-ngepul, memenuhi kabin taksi. Andy menelan ludah.

“Kalau Mbak Vanny sendiri bagaimana?” ia balik bertanya.

“Abang tahu sendiri, kan? Banyak. Banyak sekali,” sahut Vanny, suaranya terdengar hambar, kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi? entahlah

“Banyak memang. Tapi hampa,” Andy menanggapi dengan getir.

Untuk beberapa saat Vanny terdiam. Ia mematikan rokoknya, lalu merenung…lama. Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar. Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi. Sebagian lampu jalan telah dipadamkan. Andy tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya, maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya.

“Eh…maaf ya Mba,apa saya….”

“Nggak apa-apa Bang. Itu emang benar, mereka hampa, cuma punya tubuh dan nafsu, bukan jiwa dan cinta,” Vanny bertutur dengan lirih.

Andy menghela nafas panjang, ia merasa dadanya sesak, simpati pada nasib wCindy secantik Vanny harus bernasib demikian.

“Hidup menawarkan banyak pilihan, Mbak.”

“Tapi saya tak punya pilihan!” sangkal Vanny dengan nada suaranya meninggi.

“Kearifan menyikapi dengan landasan moral, itu kunci untuk memilih. Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat. Tapi setidaknya, kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah,” Andy berkata lembut berusaha menghiburnya.

Terdengar nafas berat Vanny di belakang. Suasana terkesan kering dan kaku.Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Andy tiba di gerbang depan rumah yang dituju.

Vanny hanya mengucapkan ‘Selamat malam. Sampai jumpa besok sore’.

Andy pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk, sepertinya ia telah menyinggung wCindy itu dengan omongannya. Ketika selesai tugas malam itu, ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya.

Keesokan harinya

Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Andy dengan Vanny. Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa, ia menjemput Vanny pada waktu dan tempat yang sama.

“Maaf, apa ini punya Mbak? Kemarin saya nemuin di belakang” kata Andy sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin

“Ohh…iya benar, makasih ya Bang, sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin” Vanny tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu.

Kekakuan komunikasi akibat ‘insiden’ semalam berangsur-angsur lenyap. Andy pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Vanny.

“Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini?” ia membuka percakapan,

“Apa Abang punya ide yang baik?” wCindy cantik itu balas bertanya.Agent Togel Terpercaya

“Yah… misalnya rutinitas yang baru. Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka, hidup bahagia, punya anak dan menikmati kehidupan,” Andy mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban, ia ingin mendengar pendapat Vanny mengenai hal ini.

Sejenak Vanny terdiam. Andy kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil. WCindy itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya, parasnya yang memukau seperti bercahaya, dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit. Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram, sepertinya memikirkan sesuatu.

“Itu angan-angan yang terlalu ideal, Bang,” jawabnya pada akhirnya.

“Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif, Mbak. Saya rasa pendapat saya cukup realistis. Gak mengada-ada. Setiap orang, baik lelaki maupun wCindy, pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga. Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan, sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya, hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya,” Andy mencoba berargumen.

“Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang. Tak akan bisa bertemu. Jangan terlalu banyak bermimpi. Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan. Apa yang bakal terjadi kemudian, kita gak bisa menebak. Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan,” ujar Vanny lirih dengan bibir bergetar.

Andy menarik nafas, putus asa.

“Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya?”

“Memang gak sama Bang. Bahkan sangat jauh berbeda. Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini. Tapi, bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga. Saya bukan orang yang munafik lah, terus terang dalam hati saya tetap mendambakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati. Namun, kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini, bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya.”

“Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini?”

“Saya gak bisa menjawabnya Bang. Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa. Begitu pula sebaliknya. Kita punya ‘nilai rasa’ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan,” Vanny bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi.

Andy terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar, wCindy itu cukup konsisten memegang prinsipnya. Mendadak, kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu. Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Vanny. Besok, Vanny akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan. Ia tidak tahu apakah Vanny akan menyewa ‘jasa’ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak.

Baginya itu tidak penting. Kebersamaan dengan wCindy penghibur kelas atas itu selama ini, tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya. WCindy itu bukan hanya sekedar langganan, namun telah menjadi teman baginya. Melalui kaca spion mobil, ia melirik Vanny. Ia begitu cantik, sangat cantik, mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor? Andy membatin sekaligus nelangsa.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai ke tujuan. Andy segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Vanny untuk mengantarnya pulang, tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong. Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wCindy itu. Setibanya di rumah Vanny, Andy turun dan mengeluarkan pVannyng sebelum membuka pintu belakang dan memVannyngi wCindy itu hingga ke gerbang.

“Bang, masuk dulu aja, minum dulu sambil tunggu hujan reda!” tawar Vanny setelah membuka gembok.

“Tapi Mbak…”

“Sudahlah Bang, masuk saja, hujannya terlalu deras, mana ada yang numpang saat-saat gini?” Vanny malah menarik lengan Andy memasuki pekarangan rumahnya.

Andy tidak bisa menolak lagi ajakan wCindy itu, malah hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Vanny membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk. Andy langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu. Vanny memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman. Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental, beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut. Andy terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu, entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini.

“Duduk Bang!” Vanny mempersilakannya duduk di sofa “mau minum apa nih? Teh? Kopi? Juice?” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ.

“Kopi panas aja Mbak, makasih ya!” jawab Andy sambil menjatuhkan diri di sofa.

Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Andy pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Vanny membuatkan minum. Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil, Vanny memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil.

“Silakan Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Vanny sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.

Badannya agak membungkuk, sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.

“Makasih ya Mbak!”

Vanny kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya. Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja, juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas.

“Ini hari terakhir kita bertemu Bang! Besok saya pergi…makasih ya bantuannya selama ini” kata Vanny berkata sambil menghela nafas.

Hingga suatu saat, Andy memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wCindy itu, ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama. Vanny agak tertegun, tapi tidak menolak.

“Mbak…jaga diri di sana ya” kata Andy singkat.

Vanny tersenyum, “Ya…makasih, Abang juga, semoga dapat jodoh yang baik” balasnya.

Tiba-tiba Vanny melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya.

“Tunggu bentar ya Bang!” katanya sambil tersenyum penuh arti, ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka, “nonton aja dulu ya sambil nunggu!” lalu ia masuk ke kamarnya.

Di ruang tamu, Andy mendengar sVannyp-sVannyp suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Vanny keluar dari kamarnya, kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah.

“Ayo sini Bang!” ajak Vanny sambil menggandeng tangan Andy.

“Tapi Mbak…mau apa?” Andy gugup dengan ajakan wCindy tersebut.

Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wCindy mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini.

“Eeennggg….kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil menutup kegugupan, “kita mau apa Mbak?”

Vanny hanya menjawab terima kasih, dia terus menuntun Andy hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu.

“Bang…makasih ya atas bantuannya selama ini” kata Vanny lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Andy ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok, tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini, apalagi di dunia saya”

“Eeee…apaan nih Mbak?” Andy mencoba menghindar antara mau dan tidak.

“Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang…sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu” habis berkata Vanny lalu mencium Andy dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu.

Iman Andy pun dengan cepat runtuh. Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Vanny sambil tangannya meremas lembut pantatnya. Vanny mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Andy. Belaian tangan lembut wCindy itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak.

Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Vanny. WCindy itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan “french kiss” nya. Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai.

Vanny melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu. Andy pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Vanny. PVannydaranya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya, terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi.

Vanny meraba dan meremas lembut batang kemaluan Andy yang masih dibalut celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi. Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Vanny,

Cindy itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai. Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, kulitnya putih mulus dan begitu terawat. Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis.

Celah kewCindyannya membayang di balik bulu-bulu tersebut. Telanjang sudah wCindy cantik itu di depan Andy yang selama ini mengisi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya.

Perlahan, Andy mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya. Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya. Vanny pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya, sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Vanny mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Andy dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu.

“Yuk…kita sambil berendam aja!” Vanny “menuntun” penis Andy menuju bathtub.

Andy hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Vanny. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Vanny dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. WCindy duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok penisku. Andy memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Vanny beraksi naik turun.

“Eeemmmhhh…enak Mbak…!” erang Andy.Slot online terbaik

Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Vanny. Lalu ia menarik bahu wCindy itu dan membalikkan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Vanny dari belakang. Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wCindy itu. Tangannya memainkan pVannydaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewCindyan Vanny. Vanny mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Andy menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Vanny dan sekitar tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wCindy itu.

“Oohhhhhh….Bang, enak Bang…terushhh…saya milikmu malam ini!” desah Vanny

Andy sedang menciumi leher Vanny, tangannya meremas lembut pVannydara montok itu. Vanny yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini, tak mau kalah. Ia mengocok pelan penis Andy. Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang, ia memutar wajah wCindy itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur

Akhirnya setelah seperempat jam, mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Vanny menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan “french kiss” lagi dengan posisi saling mendekap. Setelah puas melakukan “french kiss”, Vanny berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, keduanya kembali berpelukan dan melakukan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing.

Rupanya Vanny sudah birahi tinggi. Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun penis Andy ke arah gerbang kewCindyannya.

“Saya udah kepengen banget Bang, ayo setubuhi saya…buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.

Andy membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting pVannydara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Vanny. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus mengulum bibir merahnya. Vanny mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka. Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Andy, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wCindy itu. Vanny memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia memeluk pria itu semakin kencang. Andy mengVannynkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Vanny membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluan Andy seperti disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami.
Andy merasakan lubang kemaluan Vanny semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Vanny menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan posisi “rear entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan Andy memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Vanny.

“Aaaahh….yahhh!” desis Vanny dengan tubuh mengejang.

Andy mulai mengVannynkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Vanny. Vanny merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Andy merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Vanny bergantian dengan remasan-remasan pada pVannydaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wCindy itu.

Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Vanny meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi “rear entry” ke posisi berhadapan.

“Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.

Habis berkata Vanny langsung mencium Andy dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. Andy mengangkat kaki kiri wCindy itu dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluannya. Dengan sekali dorong penis itu pun kembali memasuki liang kewCindyan Vanny yang sudah sangat berlendir itu. Setelah penisnya masuk, Andy pun menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa.

“Aaaarrgghh….entot memekku, Bang…, yah…gituuuuuhh…yang keras, yang keras….oohhhh, kontol Abang enak bangettthhh!” ceracau Vanny tidak karuan

Andy pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wCindy itu keenakan. Maka ia semakin kuat menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Vanny. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Vanny merasakan klimaksnya sudah sangat dekat.

“Saya keluaarr Bang..! Aaagghh..!” serunya sambil memeluk Andy erat-erat.

Vanny merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Andy. Pria itu juga merasakan tubuh Vanny yang menjadi lemas setelah mengalami wCindy orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menyangga tubuhnya. Mulutnya menghisap-hisap puting pVannydaranya, kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Vanny seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Andy. Setelah beberapa saat, mendadak dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,

“Aaagghh..! Ooohh Bang…saya keluaarr lagii..!”

Vanny engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Vanny menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya.

“Mbak..tahan yah.. saya juga mau keluar sedikit lagi..” kata Andy sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Vanny.

Vanny hanya bisa pasrah. Akhirnya, Andy pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat, maka ia mengatur pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Vanny.

“Aaahhh…saya keluar Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme

Andy merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Vanny. Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup, bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks. Vanny menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa.

“Fantastis…beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu?” Vanny setengah tak percaya.

“Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria itu keheranan.

“Jajan juga gak pernah?” tanya Vanny lagi sambil meraih penis Andy yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya

Andy menggeleng, menatap wajah Vanny yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower.

“Saya percaya, orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong” Vanny tertawa renyah.

Andy hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wCindy itu. Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower. Vanny memeluk Andy dari belakang dan membantu mencuci batang itu. Setelah selesai mandi bareng, mereka saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika Andy hendak mengenakan pakaiannya kembali, Vanny melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ.

“Abang capek? Malam ini nginep aja di sini…hujannya juga belum berhenti!” tawar Vanny

“Eerrr…Mbak!” Andy menepuk pundak Vanny yang membelakanginya

“Iya…eeemmm!”

Saat Vanny menoleh, Andy mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Vanny ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink. Diletakkannya tubuh telanjang Vanny perlahan di tempat tidurnya. Ia ciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, ia berbaring di sebelahnya, tangannya mendekap tubuh wCindy itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Vanny tertidur dengan senyum di bibirnya. Andy mengecup lembut bibirnya, lalu ikut tidur di sampingnya, beredekapan, telanjang di bawah selimut.

Keesokan pagi

Andy terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya. Vanny telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu. Vanny mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah “french kiss”. Tangan Andy mengelusi punggung putih mulus Vanny sementara Vanny mengelus-elus rambutnya.

“Mbak…bukannya hari ini harus ke bandara? Nanti telat” kata Andy.

“Masih ada waktu…” jawab Vanny “pesawatnya berangkat sore jam lima, kenapa gak kita habiskan bersama saja?”

“Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini? Kalau kita ketauan kan gak enak” Andy agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wCindy simpanan orang kaya, bisa-bisa digebuki seperti di film-film.

“Nggak…dia terlalu sibuk jam-jam segini, nanti baru nyusul di bandara” Vanny tersenyum lalu mengecup kembali bibir Andy. “pokoknya Bang…sekarang ini waktu cuma buat kita berdua, santai dan nikmati aja!”

Vanny mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu, menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya. Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Andy, memainkannya, mengelus dan mengurutnya sehingga penis itu pun bangun dari tidurnya. Vanny tersenyum. Perlahan, disusurinya perut, pusar dan pinggangku dengan lidahnya.

“Eeemmhh…Mbak!” desah Andy yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding. Ia mengusap-usap kepala Vanny dengan penuh kelembutan. Disisirnya rambut wCindy itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya.

Perlahan jilatan lidah Vanny semakin turun ke arah selangkangan Andy. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Andy, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya. Disusurinya penis itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat. Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang penis pria itu. Ia memang profesional dalam membuat Andy merasa seperti melayang.

Dari ujung penis itu, Vanny kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat buah pelirnya, sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Andy menggeliat-geliat.

“Enakkhh…Mbak…geli…uuhh” desah Andy sambil meremasi rambut Vanny.

Vanny memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan

“Sungguh bidadari sejati.. betapa cantiknya kamu Vanny!” kata Andy dalam hatinya

Tiba-tiba Vanny berhenti melakukan oral seksnya. Dia mendekati wajah Andy. Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu. Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku, seperti posisi “69”. Ia memegangi penis Andy dan mulai menghisap, mengulum dan menjilatinya.

Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu. Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewCindyan Vanny yang terpampang menantang di depan wajahnya. Gerbangnya sudah mulai terbuka, berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi. Penisnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wCindy itu. Ia memegangi dan mengelus pantat Vanny dengan kedua tangannya. Ia arahkan gerbang kewCindyannya ke arah mulutnya. Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya. Vanny mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Andy. Vagina itu mulai licin dan basah, serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat.

Andy mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewCindyannya, dijilatinya benda itu. Vanny pun mengerang dan mendesis, sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya. Andy menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewCindyan Vanny. Vanny mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.

“Oooh Bang… kok jilatannya enak bangethhh!” kata Vanny di antara erangannya.

Vanny mengurut dan mengocok penis itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya. Kedua tangan Andy tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas. Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Vanny dengan lembut, atau meraba, mengusap dan memainkan pVannydaranya yang menggantung menantang di atas perutnya.

Setelah beberapa lama saling menjilat, menghisap dan menikmati permainan ini, Vanny beranjak dari posisinya.

“Bang…sekarang yah!” katanya sambil memegang penis yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit.

Vanny mengangkangi Andy sambil memunggunginya. Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewCindyannya. Andy menggeser-geserkan ujung penisnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewCindyannya untuk membantu penisnya masuk. Vanny memejamkan matanya sambil mendesah saat penis pria itu memasuki liang kemaluannya yang sudah licin basah. Pelan.. lembut.. Vanny perlahan menurunkan pantatnya, membuat penis itu masuk semakin dalam. Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang penis pria itu. Vanny agak terpekik saat ujung penis itu menyentuh dinding rahimnya. Kemudian Vanny mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun. Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan, akhirnya Vanny semakin cepat. Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan. Vanny berulang kali mendesah, melenguh, mendesis, meracaukan kata-kata yang tak jelas. Andy juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, Andy mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Vanny. Vanny sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengVannyh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya.

“Aaaghh.. Mmmbbakkk..” teriak Andy sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena penisnya serasa dipelintir ketika Vanny meliuk-liukkan tubuhnya.

Ia meraih tubuh Vanny dari belakang. Ia remas-remas lembut kedua pVannydaranya yang terasa keras tapi kenyal. Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra. Vanny menghentikan sejenak Vannynan pantatnya. Dia mendesah, mendesis. Andy merasakan batang kemaluannya dan liang kemaluan Vanny sama-sama berdenyut-denyut. Diciuminya tengkuk wCindy itu, sesekali digigit-gigit ringan tengkuk, bahu kanannya, dan belakang telinganya.

“Putar sini Mbak!” pinta Andy pada Vanny untuk membalikkan posisinya.

WCindy itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Andy dari liang kemaluannya. Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya.

Sekarang keduanya berhadapan. Mereka saling memeluk, saling meraba. Andy mereasakan penisnya masih berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Vanny yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu. Mereka berpagutan, saling menggigit, menghisap dan mengulum.

Tangan dan jemari Andy dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Vanny, membuat wCindy itu kegelian dan merinding. Sekitar setengah jam dalam posisi demikian, akhirnya Andy merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak.

Ia mengerang dan mengatur napasnya. Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kemaluannya.

“Mbak Vanny sayang…saya hampir keluar sedikit lagi..” kata Andy terengah-engah.

“Barengan ya Bang!” jawab Vanny lalu memagut bibir tebal pria itu

Andy pun balas menciumnya. Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh. Andy merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya. Sekujur tubuhnya terasa hangat, begitu juga dengan tubuh Vanny. Sambil terus bermain lidah, mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu.

“Aaaaahhhhh….!!” erang Andy melepas ciuman

“Iyaahhhh….teruusss…..teruussshhh!!”Vanny juga merasakan hal yang sama

Andy merasa seperti melayang ke langit. Senyap, pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya. Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka. Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan. Nikmat…cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan. Ia rubuh menindih tubuh Vanny, mereka terdiam dengan nafas naik turun. Vanny menatap wajah ndeso si sopir taksi, dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya. Andy balas memagut kecil dagu Vanny. Tak lama, Vanny mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan.

“Istirahat dulu yuk, abis ini kita makan!” kata Vanny lalu mengajak Andy kembali ke balik selimut. Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat.

Sore harinya

Satu hal yang mengganjal di hati Andy sejak peristiwa semalam dan tadi pagi, ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Vanny namun belum ada keberanian untuk itu. Andy memang pria yang tulus, namun pengetahuannya tentang wCindy terbilang minim. Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan.

Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka. Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Vanny sibuk bicara melalui ponselnya, yang pertama dengan seorang teman, yang kedua dengan si direktur, yang membakar api cemburu dalam hati Andy. Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara, Andy turun duluan dan menurunkan barang bawaan Vanny dari bagasi, saat itu Vanny masih berbicara di ponselnya. Ini adalah saat terakhir, juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat, maka Andy pun membulatkan tekadnya, ia masuk ke jok kemudi. Vanny baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru.

“Vanny, tunggu!” pertama kali ia memanggil wCindy itu dengan namanya.

Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya. Matanya bertanya. Dada pria itu berdegup kencang.

“Saya mencintai kamu, Vanny,” Andy mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat.

Vanny menatap tak percaya. Andy segera meraih tangannya, meraba jemarinya yang halus, mengalirkan keyakinan. Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata, hening selama beberapa saat

“Hentikan semua ini, Vanny. Kamu seharusnya hidup lebih layak, terhormat dan bernilai. Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa. Hiduplah dengan saya. Kita kawin. Saya berjanji akan membahagiakan kamu.”

Vanny menggigit bibir. Ia tampaknya memikirkan sesuatu. Andy berharap-harap cemas dalam hatinya, ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali, inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wCindy. Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk. Matanya memandang Vanny dengan tajam dan penuh harap.

Vanny akhirnya tersenyum, ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi. Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu. Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata,

“Baiklah Bang….” ia berhenti sesaat, “saya memang harus menentukan pilihan, pada akhirnya. tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda. Bang, Abang tak akan bisa memahami saya, seperti saya pun tak bisa memahami Abang. Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang.

Saya menghargainya. Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik. Abang orang baik, terus terang, saya suka Abang,

seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang, kita mungkin bisa bersatu. Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik…jauh lebih baik dan suci, tidak seperti wCindy di depanmu ini.

Maafkan saya…selamat tinggal!” Vanny mengucapkannya dengan bibir bergetar, pelupuk matanya basah, namun ia menyekanya cepat-cepat, lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi.

Andy tak bisa mencegahnya lagi. Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan, untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang, dengan pandangan kosong. Terasa ada yang hilang dalam dirinya, bak istana pasir yang diterpa ombak dan lenyap seketika, sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya. Dua puluh menit Andy termenung di taksinya di luar bandara,

matanya kosong menatap langit biru. Sebagian dirinya serasa hilang bersama wCindy itu. Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Vanny meninggalkannya tadi.

“Andy…ayo kamu bisa! Dunia belumlah kiamat, kehidupan terus berjalan! Bangkit!! Bangkit!! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati! Bangkit…bangkit…bangg…bangg” Andy sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya, almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya

“Bang….bang…narik ga nih?” tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya, rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya.

“Ooohh….iya…iya Pak, narik lah…ayo silakan masuk!” ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu, “kemana nih Pak?”

“Sudirman, cuma lagi ada demo deket situ…bisa ga Bang? Saya buru-buru nih, daritadi udah dua sopir nolak!” jawab pria yang menenteng tas laptop itu.

“Beres Pak…saya coba lewat jalan tikus, moga-moga keburu!” sahut Andy lalu segera tancap gas dari situ,

“Ayo Andy, kamu bisa, semangat!!” ia kembali menyemangati dirinya, ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil.

Delapan tahun kemudian
Foodcourt sebuah mall

“Oke..oke…, kamu urus saja, yang ginian gak usah pakai lapor, belajar lah memutuskan sendiri!” Andy berbicara lewat ponsel dengan seseorang, “pokoknya pastikan jangan sampai terlambat, ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang, ngerti?!”

“Baik Pak…saya usahakan sebaik mungkin, Bapak tenang aja, nanti saya kabari lagi” jawab suara di seberang sana.

“Gitu dong….oke ditunggu kabar baiknya, sampai nanti ya!” ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi.

Andy yang sekarang sudah berbeda dari Andy yang dulu, rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi, sebagian kecil nampak telah beruban, di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis. Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan, tapi kini ia terlihat lebih dewasa. Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu, melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi, melainkan keluaran terbaru yang masih mulus. Hasil kerja keras, pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya, kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang, bahkan telah membuka cabang di kota lain. Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya. Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan. Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu.

“Michael…Mom said don’t play it here…now you see!” sahut seorang wCindy

Andy memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu.

“Thank you sir!” kata si anak.

“Maaf ya Pak…come say sorry to uncle!” kata wCindy itu, “Hah….kamu!”

Andy juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu, mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing.

“Andy? Bang Andy?” wCindy itu membuka suara duluan.

“Iya…Vanny kan?” yang dijawab wCindy itu dengan anggukan kepala.

Tidak banyak yang berubah pada wCindy itu, ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak. Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan. Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan.

“Eeemmm…sudah lama ga jumpa ya…gimana kabarnya sekarang?” sapa Andy yang merasa senang kembali bertemu dengan wCindy itu, ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi, “ayo duduk dulu!”

Vanny duduk di depan Andy dan keduanya saling berpandangan dengan gembira.

“Kelihatannya banyak yang sudah berubah” kata Vanny melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya.

“Ya…banyak, sangat banyak, kehidupan ini memang dramatis” jawab Andy “kamu di mana saja selama ini? Pulang kampung?”

“Bukan…jauh…jauh sekali, benar kata Abang kehidupan itu dramatis, selain itu juga penuh misteri”

Vanny kini telah menikah dengan seorang bule Inggris. Setahun setelah perpisahan mereka di bandara, ia berhenti menjadi wCindy simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati. Di tengah kesepiannya, ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris, hubungan mereka makin serius. Pria itu ternyata tulus mencintai Vanny tanpa memandang masa lalunya yang kelam, ia sendiri seorang duda tanpa anak. Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Vanny ke negaranya. Demikian pula Andy yang kini telah sukses, ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun. Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa, sesekali Vanny memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya.

“Akhirnya, hari ini saya benar-benar lega” kata Andy,

“rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu, seperti yang dulu kita obrolin di taksi, ingat?”

“Ya…doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab. Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang, saya tidak pernah bermimpi wCindy seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini, bagi wCindy seperti saya, ini lebih dari yang saya harapkan” mata Vanny nampak berkaca-kaca, nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang.

“Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini, kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu, seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka, namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka” Andy berfilsafat.

“…..dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain” Vanny menyambung lalu mereka hening, saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya.

“Ahahha…abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi?” Vanny tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja.

“Hehe…sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi, filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin, kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu, cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak”

“Tuh…kan berfilsafat lagi…hihihi….!” mereka saling tertawa lepas, lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat.

Tiba-tiba BB Vanny berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya.

Ok Sayang sampai ketemu lagi ya kata Vanny lalu menuntup pembicaraan

“Papanya…udah nunggu di depan ngejemput!” kata Vanny, “Oke Bang…kita sudah harus berpisah lagi, tapi kali ini perpisahan yang melegakan, ya kan?” wCindy itu lalu bangkit dan berpamitan pada Andy, “Michael, say goodbye to uncle!” katanya pada buah hatinya.

“Eeeii…Ma…udah selesai salonnya?” Andy tiba-tiba melambai ke arah belakang Vanny pada seorang wCindy lain yang menghampiri mereka, “ini istri saya, Cindy!” ia memperkenalkan wCindy itu pada Vanny, “Ini Vanny…langganan taksi dulu waktu narik hehehe….”

“Ya udahlah, rapiin rambut aja ngapain pake lama?” jawab wCindy itu lalu beralih menyapa Vanny dan anaknya, “Hai….”

Cindy dengan senyum ramah menjabat tangan Vanny dan juga membelai anak itu, gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut. Secara fisik memang Cindy kalah dibanding Vanny, kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk, apalagi kini sedang hamil empat bulan. Namun, wCindy inilah yang banyak membantu Andy mencapai sukses, ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Andy. Seorang wCindy yang rajin dan ulet, sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online, belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri. Cindy dan keluarganya juga cocok dengan Andy yang jujur dan pekerja keras, hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Andy berpisah dari Vanny dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak. Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Cindy membantu Andy mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku. Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar.

“Ayo Pa, kalau telat, nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah, udah mau jamnya nih!” kata Cindy mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu.

“Oke Ma, yukk!!” Andy menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah.

“Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya…pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe” canda Cindy sambil tetap berjalan.

Andy hanya tertawa nyengir, hatinya tenang kini, ia dan Vanny telah menemukan kebahagiaannya masing-masing. Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing, manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya, kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak.

Mari gabung di ono4d Agen Togel Terpercaya Deposit Pulsa.
– Min DP 25 Ribu
– Bisa Deposit via Pulsa XL/Axis/Telkomsel/Tri
– Bonus Deposit Harian 5%
– Bonus Cashback 5%

Diskon Togel :
– 4D : 66%
– 3D : 59%
– 2D : 29%

Salam Hokky Selalu,
onocool.com
WA : +855969374187
FB : ono4d
LINK ALTERNATIF : cutt.ly/4dhoki

Rina Anggrek

ono4d.com Agen Togel Terpercaya Deposit Pulsa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *